Get Gifs at CodemySpace.com

Kamis, 21 Februari 2013

Urgensi Mekah al-Mukaramah dan Kedudukannya dalam Islam


sejarah perkembangan ka'bah mekah

Para Abdi Ka’bah

Umar bin Khaththab radhiallahu ‘anhu pernah berkata kepada bangsa Quraisy: “Sesungguhnya yang menguasai urusan Baitullah sebelum kalian adalah kabilah Thasm, lalu mereka melalaikan kewajiban terhadap Baitullah dan merusak kehormatannya, sehingga Allah Subhanahu wa Ta’ala menghancurkan mereka. Kemudian urusan Baitullah dikuasai oleh kabilah Jurhum dan mereka pun melalaikan kewajiban terhadapnya dan merusak kehormatannya. Hingga Allah Subhanahu wa Ta’ala mnghancurkan mereka, maka janganlah kalian meremehkan urusannya! Tetapi agungkanlah ia!
Menurut para pakar sejarah, tatkala suku Jurhum melalaikan tugasnya terhadap Ka’bah, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengusir mereka. Kemudian urusan Ka’bah setelah Khuza’ah dikuasai oleh Qushay bin Kilab. Ia yang bertanggung jawab terhadap Ka’bah dan urusan kota Mekah. Kemudian jabatan ini dialihkan kepada anaknya Abdul Dar; penanggung jawab Ka’bah, Dar an-Nadwah dan pengibar bendera perang. (Dar an-Nadwah yang berarti: balai pertemuan adalah tempat penduduk Mekah memutuskan perkara dan tempat mereka bermusyawarah). Dan urusan menyediakan makanan dan minuman untuk jamaah haji diserahkan kepada anaknya yang lain, yaitu: Abdul Manaf.
Selanjutnya jabatan penanggung jawab Ka’bah diserahkan oleh Abdul Dar kepada anaknya Utsman. Jabatan ini selanjutnya diwariskan secara turun-temurun hingga akhirnya dipegang oleh Utsman bin Thalhah.
Utsman radhiallahu ‘anhu berkata, “Aku membuka pintu Ka’bah setiap hari Senin dan Kamis, suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya datang dan ingin masuk Ka’bah tetapi aku mencegahnya dan beliau menolakku dengan santun, seraya berkata, “Hai Utsman! Suatu hari engkau akan melihat kunci Ka’bah itu berada di tanganku, lalu aku berikan kepada orang yang aku kehendaki.” Aku berkata, “Di hari itu Quraisy menjadi binasa dan hina!” Beliau berkata, “Bahkan menjadi mulia.” Lalu beliau masuk ke Ka’bah dan perkataannya tadi sangat menusuk jiwaku dan aku yakin bahwa apa yang diucapkannya itu akan terjadi. Kemudian aku ingin masuk Islam tetapi kaumku sangat melarangku.
Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk Mekah melakukan umrah qadha, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengubah hatiku dan memasukkan Islam ke dalam relung hatiku, dan aku sangat berkeinginan untuk mendatangi beliau, tetapi beliau telah kembali ke Madinah.
Kemudian diam-diam aku berangkat ke Madinah, di tengah perjalanan aku bertemu dengan Khalid bin Walid radhiallahu ‘anhu, lalu kami beriringan. Di tengah jalan kami bertemu Amru bin Ash radhiallahu ‘anhu dan meneruskan perjalanan bersama, hingga kami di Madinah dan berbai’at kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Selanjutnya aku menetap di Madinah bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ikut dalam penaklukkan kota Mekah. Setelah memasuki kota Mekah beliau bersabda, “Hai Utsman, berikanlah kepadaku kunci Ka’bah!” Lalu aku berikan kepadanya dan beliau pun mengambilnya dariku. Kemudian diserahkan lagi kepadaku, seraya bersabda, “Peganglah jabatan mengurus Ka’bah ini wahai Bani Thalhah! Kekal selamanya, dan siapa yang merampasnya dari kalian berarti mereka orang yang zalim.”
Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu berkata, “Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta kunci Ka’bah dari Utsman, ia telah menghulurkan tangannya kepada beliau. Lalu Abbas radhiallahu ‘anhu berkata, “Demi ayah dan ibuku! Gabungkan jabatan urusan Ka’bah dan memberi minum jemaah haji kepadaku.” Lalu Utsman menarik kembali tangannya khawatir Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikannya kepada Abbas, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Berikanlah kunci itu kepadaku.” Dan Abbas radhiallahu ‘anhu mengulangi perkataannya dan Utsman pun menahan tangannya, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Berikan kuncinya kepadaku jika engkau beriman kepada Allah dan hari akhir.”
Lalu ia berkata, “Ini wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan amanah Allah Subhanahu wa Ta’ala,” maka beliau pun mengambil kunci dan membuka Baitullah. Kemudian Jibril turun dengan membawa firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya.” (QS. An-Nisaa: 58)
Kemudian Utsman radhiallahu ‘anhu tetap memegang kunci Baitullah hingga wafat. Dan kunci Ka’bah diserahkan kepada sepupunya Syaibah bin Utsman bin Abi Thalhah. Selanjutnya jabatan penanggung jawab Ka’bah berada di tangan putra-putra Syaibah radhiallahu ‘anhu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar